Maaf
- Vines Hersella
- Sep 12, 2018
- 1 min read
"Dia minta maaf sih Pi, katanya minta maaf sama Opi."
"Bodo amat. Nggak akan gue maafin. Sampe lebaran monyet pun."
Antara gue yang terlalu mudah memaafkan Aa dari zaman pacaran dulu, atau karena memang sesimple masih sayang aja gitu sama dia, gue (apapun keadaannya) selalu memaafkan kesalahan-kesalahan dia. Mulai dari yang kecil sampe besar, mulai dari yang biasa aja sampe yang punya dampak besar dalam kelangsungan hidup gue. Pada akhirnya, gue selalu memaafkan dia.
Dan dia pun sama, selalu memaafkan gue apapun keadaannya.
Ternyata yang justru sulit memaafkan adalah orang-orang di sekitar gue, mereka yang sangat peduli gue. Mereka yang menyaksikan betapa terpuruknya gue sehingga mereka benci dan sangat menyalahkan dia atas semua yang dia lakukan (tapi memang bener salah dia sih). Beberapa ada yang sampe mengumpat, beberapa ada yang sampe marah besar ke gue karena gue menerima komunikasi dari dia lagi, beberapa ada yang sudah lelah dan hanya menghela nafas setiap kali gue memberi kabar terbaru tentang Aa. Semua mereka lakukan semata-mata karena mereka sayang dan peduli sama gue, mereka melindungi gue karena mereka tau gue nggak bisa melindungi diri gue sendiri.
Gue pun nggak bisa menyalahkan dan mengabaikan mereka. Merekalah yang ada di sana saat gue terpuruk.
Padahal bukan maksud gue menjadikan image Aa menjadi orang jahat, sesungguhnya dia adalah orang baik. Orang baik yang salah mengambil keputusan.
Sepertinya Aa harus berjuang untuk mendapatkan izin dan restu teman-teman gue lagi jika dia ingin menjaga silaturahmi dengan gue wkwkwk. Jika dia ingin kembali ke kehidupan gue, entah akan sebagai apa nantinya, dia perlu berjuang hingga teman-teman gue juga bisa memaafkan semua kesalahan yang dia lakukan.
Selamat berjuang dari awal lagi!
Comments